BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Suatu sistem
adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan
suatu sasaran yang tertentu.
Pendekatan
sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya mendefiniskan sistem
adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Kedua
kelompok definisi tersebut adalah benar dan tidak bertentangan, yang berbeda adalah
cara pendekatannya. Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan elemen-elemen
atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem merupakan definisi yang lebih
luas.
Sistem
informasi adalah suatu sinergi antara data, mesin pengolah data (yang biasanya
meliputi komputer, program aplikasi dan jaringan) dan manusia untuk
menghasilkan informasi. Jadi sistem informasi bukan hanya aplikasi perangkat
lunak. Sistem Informasi ada pada hampir setiap perusahaan atau instansi untuk
mendukung kegiatan bisnis mereka sehari-hari. Biasanya porsi pengerjaan
pengembangan sistem informasi diserahkan kepada orang-orang yang bekerja di bidang
teknologi informasi.
Perancangan sistem informasi merupakan pemgembangan
sistem baru dari sistem lama yang ada, di mana masalah-masalah terjadi pada
sistem lama diharapkan sudah teratasi pada sistem yang baru.
B.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa
itu pengembangan sistem dalam komputer.
2. Mengenali apa
tahap-tahap dan siklus dalam pengembangan sistem.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
dalam makalah ini antara lain:
1. Pengertian
pengembangan sistem
2. Siklus
pengembangan sistem
3. Tahapan dalam
pengembangan sistem.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengembangan Sistem
Pengembangan
sistem (systems development) dapat berarti menyusun suatu sistem yang
baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Sistem yang lama perlu
diperbaiki atau diganti disebabkan karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut
ini:
1. Adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang
timbul di sistem yang lama.
2. Ketidakberesan dalam sistem yang lama
menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang
diharapkan.
3 . Kecurangan-kecurangan disengaja yang menyebabkan
tidak amannya harta
kekayaan perusahaan
dan kebenaran dari data menjadi kurang terjamin.
4 . Kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja yang
juga dapat menyebabkan kebenaran dari data kurang terjamin.
5 . Tidak efisiennya operasi.
6 . Tidak ditaatinya kebijaksanaan manajemen yang
telah ditetapkan.
7 . Pertumbuhan organisasi.
Sebuah
sistem informasi adalah untuk mengatur manusia dan komponen-komponen mesin, dan
prosedur-prosedur yang saling berkaitan untuk mendukung kebutuhan informasi
atau bisnis pada sebuah organisasi dan para pengguna sistem. Sistem tersebut
tidak seperti paket program perangkat lunak aplikasi tetapi harus terlebih
dahulu dikostumisasi.
B. Siklus
Pengembangan Sistem
1. Pengertian
Siklus Pengembangan Sistem
Pengembangan
sistem informasi yang berbasis komputer dapat merupakan tugas kompleks yang
membutuhkan banyak sumber daya dan dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Proses pengembangan sistem melewati
beberapa tahapan dari mulai sistem itu direncanakan sampai dengan sistem
tersebut diterapkan, dioperasikan dan dipelihara. Bila operasi sistem yang
sudah dikembangkan masih timbul kembali permasalahan-permasalahan yang kritis
serta tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan sistem, maka perlu
dikembangkan kembali suatu sistem untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke
tahap yang pertama, yaitu tahap perencanaan sistem. Siklus ini disebut dengan
siklus hidup suatu sistem (systems life cycle). Daur atau siklus hidup
dari pengembangan sistem merupakan suatu bentuk yang digunakan untuk
menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah di dalam tahapan tersebut dalam
proses pengembangannya.
Siklus
pengembangan sistem (system development life cycle = SDLC) adalah prose
formal yang harus dilakukan oleh suatu organisasi yang akan membangun sistem informasi berbasis komputer, yang
tergantung beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut termasuk ukuran organisasi,
deskripsi tugasnya, relevansi pengalamannya, dan latar belakang pendidikan
dalam konsep-konsep proses informasi, peralatan, dan teknik.
2. Keterlibatan
Pengguna dalam Pengembangan Sistem
Berikut ini
beberapa contoh bagaimana keterlibatan pengguna di dalam pengembangan suatu sistem, yaitu:
a.
Pentingnya bagi pengguna untuk
menjelaskan bagaimana sistem yang sedang berjalan pada bagian tempat pengguna
bekerja.
b.
Menemukan dan mendiskusikan
permasalahan yang dihadapi dan bagaimana hal itu dapat diperbaiki pada sistem
yang baru.
c.
Kemungkinan perlu untuk
memakai tenaga analis sistem dan desainer yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem untuk memenuhi kebutuhan bagian.
d.
Kemungkinan anda sebagai
pengguna selalu dilibatkan di dalam hal persetujuan proyek dan anggaran sebagai
anggota special steering committee.
e. Pada saat pengembangan sistem akan selesai,
pengguna akan dimintai bantuannya untuk mengevalusi dan uji coba, untuk
memastikan bahwa sistem bekerja
dengan sempurna.
f. Anda sebagai pengguna turut membantu
mempersiapkan sebagian dari dokumentasi yang dikumpulkan selama proses pengembangan
sistem.
g. Anda seharusnya menghadiri pengarahan singkat
dan sesi pelatihan untuk belajar bagaimana sistem baru akan mempengaruhi
pekerjaan anda dan operasi prosedur baru nantinya.
h. Terakhir tetapi pasti, anda akan menggunakan
sistem yang baru tersebut.
Ada enam
tahapan dalam siklus pengembangan sistem secara konseptual, yaitu:
a. Analisis sistem
Menganalisis dan
mendefinisikan masalah dan kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan
proses organisasi.
b. Mendefinisikan kebutuhan sistem baru (perancangan
sistem)
Merancang
output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras dan perangkat
lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi.
c. Mendesain
sistem baru
Membangun
perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing
secara akurat. Melakukan instalasi dan testing terhadap perangkat keras
dan mengoperasikan perangkat lunak.
d. Mengembangkan
sistem baru dan uji coba oleh pengguna
e. Implementasi
sistem baru
Beralih dari
sistem lama ke sistem baru,
melakukan pelatihan dan panduan seperlunya.
f. Evaluasi sistem
baru dan pemeliharaan sistem
Mengevaluasi
sejauih mana sistem telah
dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan.
Siklus tersebut
berlangsung secara berulang-ulang. Siklus di atas merupakan model klasik dari
pengembangan sistem informasi. Model-model baru, seperti prototyping,
spiral, 4GT dan kombinasi dikembangkan dari model klasik di atas.
C. Tahapan Pengembangan sistem
Tahapan pengembangan sistem adalah yaitu:
Tahap 1: Analisis sistem
berjalan,
Tahap 2: Mendefinisikan kebutuhan sistem baru,
Tahap 3: Mendesain sistem baru,
Tahap 4: Mengembangkan sistem baru dan uji coba oleh pengguna,
Tahap 5: Implementasi sistem baru,
Tahap 6: Evaluasi sistem baru, dan
Tahap 7: Pemeliharaan sistem.
Secara teori
inilah siklus hidup pengembangan sistem. Namun pada praktiknya hal ini tidaklah selalu mulus untuk
dilaksanakan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan sistem
informasi. Terutama adalah pada faktor manusia yang terlibat. Dari pihak
pengembang, kurangnya keahlian dan pengalaman bisa menyebabkan kesalahan dalam satu tahapan sehingga menyebabkan siklus
ini harus diulangi dari tahapan yang salah. Bisa terjadi bahwa siklus ini
dilakukan sampai berulang-ulang.
Dari pihak
pengguna, idealnya perlu
bersama-sama dengan pihak pengembang untuk memahami sistem informasi mulai dari
awal siklus hidup pengembangan sistem. Namun yang sering terjadi pihak pengguna
menyerahkan semuanya kepada pihak pengembang sehingga pada saat implementasi (testing
atau training) pihak pengguna tidak menyetujui (menolak) sebagian atau
seluruh rancangan dari sistem yang telah selesai dibangun oleh pihak
pengembang.
D. Prototyping
Prototype adalah satu versi dari sebuah sistem potensial
yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem
akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai. Proses prototype ini disebut
prototyping. Dasar pemikiran adalah
membuat prototipe secepat mungkin, bahkan dalam waktu semalam, lalu memperoleh
umpan balik dari pengguna yang akan memungkinkan prototipe tersebut diperbaiki
kembali dengan sangat cepat.
1. Jenis-Jeinis Prototipe
Terdapat
dua jenis prototipe yaitu:
·
Prototipe
evolusioner (evolutionary prototype)
Terus-menerus disempurnakan sampai memiliki
seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari
sistem yang baru. Jadi, satu prototipe akan menjadi sistem aktual.
·
Prototipe
persyaratan (requirements prototype)
Dikembangkan sebagai satu cara untuk
mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru ketika
pengguna tidak mampu menggungkapkan dengan jelas apa yang
mereka inginkan.
Pengembangan Prototipe
Evolusioner menunjukkan ada 4 langkah
dalam pembuatan suatu Prototipe
Evolusiner :
·
Mengindefinisikasi Kebutuhan
Pengguna
Pengembangan mewawancarai pengguna untuk
mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari sistem.
·
Membuat Satu Prototipe
Pengembangan mempergunakan satu alat prototyping
atau lebih untuk membuat prototipe.
·
Menentukan Apakah Prototype
Dapat Diterima
Pengembangan mendemonstrasikan prototype kapada
para pengguna untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan.
·
Menggunakan prototipe
prototipe
menjadi sistem produksi.
Langkah-langkah
pengembangan
prototipe persyaratan yang terlibat dalam
pembuatan sebuah tipe prototipe
persyaratan:
·
Membuat kode sistem yang baru
Pengembangan menggunakan prototype sebagai dasar
untuk pengkodean sistem baru.
·
Menguji sistem baru
Pengembang menguji system.
·
Menentukan apakah sistem yang
baru dapat diterima
Penggunaan memberitahukan kepada pengembang
apakah sistem dapat diterima.
·
Membuat sistem baru menjadi
sistem produksi
pendekatan
ini diikuti prototipe ditujukan hanya untuk memiliki penampilan dari suatu
sistem produksi.
2 .
Daya Tarik Prototyping
pengguna
maupun pengembang menyukai prototyping karena alasan-alasan di bawah ini:
· Membaiknya komunikasi antara pengembang dari pengguna.
· Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menentukan
kebutuhan pengguna.
· Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
· Pengembangan dan pegguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih sedikit
dalam pengembangan sistem.
· Implementasikan menjadi jauh lebih mudah terasa pengguna tahu apa yang
diharapkan.
3 .
Potensi Kesulitan Dari
Prototyping
prototyping
bukannya tidak memiliki potensi kesulitan. kesulitan tersebut antara lain:
· Terburu-buru
dalam menyerahkan prototype dapat menyebabkan diambilnya jalan pintas dalam
definisi masalah, evaluasi alternative dan dokumentasi. Dalam jalan pintas ini
akan menciptakan usaha-usaha yang “cepat dan kotor”.
· Pengguna
dapat terlalu gembira dengan prototype yang diberikan yang mengarah pada
ekspektasi yang tidak realitis sehubungan dengan sistem produksi nantinya.
·
Prototype
evalusioner bisa jadi tidak terlalu efisien.
· Antarmuka
komputer manusia yang diberikan oleh beberapa alat prototyping tertentu kemungkinan tidak mencerminkan teknik-teknik desain yang
baik.
E. Pengembangan
Aplikasi Lebih Cepat
Satu metedologi yang
memiliki tujuan yang sama dengan prototyping, yaitu memberikan respons yang
cepat atas kebutuhan pengguna, namun dengan lingkup yang lebih luas adalah
R.A.D. Istilah RAD dari rapid application development atau pengembangan
aplikasi cepat diperkenalkan oleh konsultan komputer dan penulis James
Martin. dan istilah ini pada suatu
pengembangan siklus hidup yang dimaksudkan untuk memproduksi sistem dengan
cepat tanpa mengorbankan mutunya.
RAD adalah kumpulan strategi, metodologi dan alat terintegrasi yang terdapat di
dalam suatu kerangka kerja yang disebut rekayasa informasi. Rekayasa informasi
(information engineering-IE) adalah nama yang diberikan Martin kepada
keseluruhan pendekata pengembangan sistemnya, yang ia perlakukan sebagai suatu
aktivitas perusahaan secara menyeluruh. istilah
perusahaan (enterprise) digunakan untuk menjabarkan keseluruhan perusahaan.
1.
Unsur-Unsur Penting Rad
RAD
membutuhkan empat unsur penting yaitu:
1.Mananjemen:
Khususnya manajemen puncak, Hendaknya menjadi penguji coba (experimenter) yang
suka melakukan hal-hal dengan cara baru atau pengadaptasi awal (early
adapter)yang dengan cepat mempelajari bagaimana cara menggunakan
metodologi-metodologi baru
2.Orang:
Dari pada hanya memanfaatkan satu tim untuk malakukan seluruh aktivitas SDLC,
RAD menyadari adanya efisiensi yang dicapai melalui penggunaan tim-tim khusus
3. Metodologi: Metodologi dasar RAD adalah siklus
hidup RAD.
4. Alat-alat: Alat-alat RAD terutama terdiri
atas bahasa-bahasa generasi keempat dan alat-alat rekayasa peranti lunak dengan
bantuan komputer (computer-aided software engineering-CASE)
yang memfasilitas prototyping dan penciptaan kode.
F . Pengembangan Berfase
Satu metodologi
pengembangan sistem yang dewasa ini digunakan oleh banyak perusahaan adalah
kombinasi dari SDLC tradisional, prototyping, dan RAD dengan mengambil
fitur-fitur yang terbaik dari masing-masing metodologi. SDLC tradisional menyumbangkan urut-urutan tahapan yang logis,
prototyping menyumbangkan pengumpulan iterarif dari umpan balik para pengguna ,
dan RAD menyumbangkan pemikiran bahwa keterlibatan pengguna meliputi
partisipasi di dalam pengembangan. Pengembangan berfase (phased development)
adalah suatu pendekatan bagi pengembangan sistem informasi yang terdiri atas
enam tahap-investigasi awal, analisis, desain, konstruksi awal, konstruksi
awal, serta pengujian dan pemasangan sistem. tahap-tahap analisis, desain dan
konstruksiawal dilaksanakan untuk setiap modul sistem.
1. Tahap-Tahap Pengembangan Berfase
Enam tahap
pengembangan berfase yaitu:
1. Investigasi Awal
Menganalisis dengan tujuan untuk mempelajari tentang organisasi dengan masalah
sistemnya: mendefinisikan tujuan, hambatan , risiko, dan ruang lingkup sistem
baru; mengevaluasi proyek maupun kelayakan sistem;
melakukan subdivisi sistem menjadi komponen-komponen besar; dan mendapatkan
umpan balik pengguna.
2. Analisis
pengembang menganalisis persyaratan fungsional
pengguna untuk masing-masing modul sistem dengan menggunakan berbagai macam
teknik pengumpulan informasi dan kemudian mendokumentasikan teman-temannya
dalam bentuk model-model proses, data dan objek.
3. Desain
Pengembangan
merancang komponen dan antar muka dengan sistem-sistem lain untuk setiap modul
sistem yang baru dan kemudian mendokumentasikan desain dengan menggunakan
berbagai jenis teknik pemodelan.
4. Konstruksi
Awal
pengembanganmembuat
dan menguji peranti lunak dan untuk setiap modul sistem dan mendapatkan umpan
balik dari pengguna
5. Konstruksi
Akhir
peranti
lunak modul diintegrasikan untuk membentuk sismtem yang lengkap, yang diuji
bersama-sama dengan datanya.
6. Pengujian
dan Pemasangan Sistem
pengembang
merancang dan melaksanakan uji sistem yang tidak hanya mencakup perantik lunak
dan data, melainkan juga sumber daya informasi lainnya-peranti keras,
fasilitas, personel, dan prosedur.
2 .
Fase-Fase Modul
Sistem telah dibagi menjadi tiga modul utama; pembuat laporan, basis
data, dan antar muka Web. jumlah modul akan bervariasi untuk masing-masing
sistem, mulai dari satu hingga sekitar selusin. anda dapat melihat dalam figur
tersebut bahwa analisis, desain, konstruksi awal, dan tinjauan pengguna
dilaksanakan secara terpisah untuk masing-masing modul. lebih jauh lagi, ketiga
fase ini dapat diulang kembali jika diminta oleh tinjauan pengguna – yang
mencerminkan pengaruh dari prototyping.
Jika prototypingpaling sesuai digunakan untuk sistem kecil, metodologi
RAD paling sesuai untuk sistem besar, maka pengembangan berfase dapat digunakan
untuk pengembangan segala jenis ukuran sistem. Kuncinya adalah cara bagaimana
sistem dibagi menjadi modul-modul yang masing-masing akan dianalisis, dirancang
dan dibuat secara terpisah.
G. Desain Ulang Proses Bisnis
Teknologi
informasi mengalami kemajuan dengan sangat cepat dan organisasi perlu mengambil
keuntungan dari kemajuan-kemajuan. Manajemen sering kali menyimpulkan bahwa
pendekatan-pendekatan baru hendaknya dilakukan untuk sistem-sistem seperti ini,
dengan memanfaatkan secara penuh kemajuan dibidang teknologi komputer modern.
Proses pengerjaan ulang sistem disebut dengan istilah rekayasa ulang (
reengineering) atau disebut juga dengan istilah desain ulang proses bisnis
(business procces redesign-BPR ). BPR memengaruhi operasi TI perusahaan
dalam dua hal yaitu:
1.
TI dapat menerapkan BPR untuk mendesain ulang sistem-sistem informasi yang
hidup nya tidak dapat dipertahankan lagi dengan pemeliharaan biasa.
sistem-sistem seperti ini disebut system warisan (legacy systems),
karena mereka terlalu berharga untuk dihapuskan namun menghisap sumber-sumber
daya yang dimiliki oleh IS.
2.
Ketika sebuah perusahaan menerapkan BPR pada operasi-operasi utamanya,
usaha ini akan selalu memberikan efek gelombang yang menyebabkan perancangan
ulang system informasi.
1.
Inisiasi Strategis Proyek-Proyek Bpr
BPR memiliki potensi pengaruh
dramatis pada perusahaan dan operasinya hingga proyek-proyek seperti ini
biasanya dicetuskan di tingkat manajemen strategis.
IS
menciptakan dua teknik dalam menerapkan BPR-rekayasa terbalik dan rekayasa
ulang.
a.
Rekayasa terbalik
Rekayasa
terbalik (reverse engineering) berasal dari intelijen bisnis. Rekayasa
terbalik adalah proses menganalisis sisem yang sudah ada untuk mengidentifikasi
unsur-unsur dan saling keterhubungan diantara unsur-unsur tersebut sekaligus
untuk membuat dokumentasi pada tinkat abstaksi yang lebih tinggi dari pada yang
telah ada saat ini.
Titik awal
dalam rekayasa terbalik sebuah sistem adalah kode komputernya, yang diubah
menjadi dokumentasi. Dokumentasi ini kemudian dapat diubah dalam uraian-uraian
yang lebih abstrak, seperti diagram arus data, kasus-kasus penggunaan, dan
diagram relasi entitas. Pengubahan ini dapat dilakukan secara manual atau
dengan menggunakan peranti lunak BPR. Tujuan rekayasa terbalik adalah untuk
dapat lebih memahami sebuah sistem agar dapat melakukan perubahan dengan
cara-cara lain, seperti rekayasa ulang.
b.
Rekayas ulang
Rekayasa ulang
(reengineering) adalah merancang ulang sebuah sistem seluruhnya dengan tujuan
mengubah fungsionalitasnya.
H. Menempatkan Sdlc
Tradisional, Prototyping, Rad, Pengembangan Berfase, Dan Bpr Dalam Perspekif
SDLC
tradisional, prototyping, RAD, dan BPR semuanya adalah metodoligi. SDLC tradisional
adalah suatu penerapan pendekatan sistem terhadap masalah pengembangan system,
dan memiliki seluruh unsur-unsur pendekatan sistem dasar, diawali dari
identifikasi masal dan di akhiri dengan penggunaan sistem. Prototyping
merupakan bentuk singkatan dari pendekatan sistem yang berfokus pada defenisi
dan pemenuhn kebutuhan pengguna. RAD merupakan suatu pendekatan alternatif
terhadap fase-fase desain dan implementasi SDLC.
1.
Alat-Alat Pengembangan Sistem
Pendekatan sistem dan berbagai
siklus hidup pengembangan system adalah metodologi cara-cara yang
direkomendasikan dalam memecahkan masalah-masalah sistem. Metodelogi sama
seperti sebuah cetak biru yang digambar oleh arsitek untuk memandu para
kontraktor, tukang kayu, tukang pipa, ahli listrik, dan sejenisnya ketika
mereka membangun sebuah rumah. Sama halnya seperti metodelogi yang memandu para
pengembang system ketika mereka membuat sistem.
2.
Pendekatan Yang Dipicu Oleh Data Dan Di Picu Oleh Proses
Selama
tahun-tahun awal penegmbangan sistem komputer, praktis hampir seluruh perhatian
diberikan ke proses-proses yang akan dikerjakan oleh komputer, sebagai
kebalikan dari data yang akan dipergunakan. Munculnya sistem manajemen basis
data ditahun 1970-an menarik perhatian akan pentingnya desain data.
3.
Pemodelan Proses
Pemodelan
proses pertama kali dilakukan dengan menggunakan diagram alur (flowchart).
Diagram ini mengilustrasikan aliran data melalui system dan program. Internasional
organization for standardization(ISO) menciptakan standar untuk
bentuk-bentuk symbol flowchart,memastikan penggunaannya diseluruh dunia.
Standar flowchart ISO menentukan spesifikasi penggunaan lebih dari 20
simbol, dan penggunaan symbol ini secara tepat bahkan dirasakan sulit bagi
spesialis informasi yang paling ahli sekali pun.
Diagram arus
data sangat baik untuk membuat model proses pada tingkat ringkasan. Akan
tetapi, diagram arus data kurang baik dalam menangkap detail-detail
pemrosesan.
4 .
Diagram Arus Data
Suatu diagram
arus data (data flow diagram-DFD) adalah penyajian grafis
dari sebuah system yang mempergunakan empat bentuk symbol untuk
mengilustrasikan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang saling
tersambung. Symbol-simbol tersebut mencerminkan
1.
Unsur-unsur lingkungan dengan system berinteraksi
2.
Proses
3.
Arus data dan
4.
Penyimpanan data
Unsur-unsur
lingkungan, unsur-unsur lingkungan berada diluar batas system. Unsur-unsur ini
memberikan input data kepada system dan menerima output data dari system. Proses,
proses adalah sesuatu yang mengubah input menjadi output proses dapat
digambarkan dengan sebuah lingkaran, sebuah persegi panjang horizontal, atau
sebuah persegi panjang tegak bersudut melingkar.
Arus data, arus
data terdiri atas sekumpulan unsur-unsur data yang berhubungan secara logis
(mulai dari satu unsur data tungal hingga satu file atau lebih) yang
bergerak dari satu titik atau proses ke titik atau proses yang lain.
Penyimpanan data, ketika kita perlu menyimpan data karena suatu alasan tertentu,
maka kita akan menggunakan penyimpanan data. Dalam terminology DFD, penyimpanan
data adalah suatu gudang.
Diagram arus data bertingkat
(LEVELED DATA FLOW DIAGRAM)
Sebuah diagram yang
mendokumentasikan dengan tingkat yang lebih ringkas disebut diagram konteks (conteks
diagram). Sebuah diagram yang memberikan lebih banyak detail disebut
diagram nomor n ( figure n diagram).
Diagram konteks, diagram konteks
(context diagram) menempatkan sistem dalam suatu konteks lingkungan. Diagram
ini terdiri atas satu simbol proses tunggal yang melambangkan keseluruhan
sistem. Ketika meenggambarkan sebuah diagram konteks, anda:
1.
Hanya menggunakan satu symbol proses saja.
2.
Memberikan label pada simbol proses untuk mencerminkan keseluruhan system.
3.
Jangan memberikan nomor pada sistem proses tunggal.
4.
Memasukan seluruh terminator untuk sistem.
5.
Menunjukan seluruh arus data yang terjadi antara terminator dan system.
2.
Kasus Penggunaan
Kasus
penggunaan( use case) adalah suatu uraian naratif dalam bentuk kerangka dari
dialog yang terjadi antara sistem primer dan sekunder. Sistem primer adalah
program computer dan system sekunder adalah orang yang berinteraksi dengan
program komputer.
Kapan Menggunakan Diagram Arus Data
dan Kasus Penggunaan
Diagram arus data dan kasus
pengunaan sering kali dibuat selama tahap-tahap investigasi awal dan analisis
dari metodelogi pengembangan berfase. DFD mengilustrasi kan suatu tinjauan atas
pemprosesan, dan kasus penggunaan memberikan detailnya.
I. Manajemen Proyek
Proyek-proyek
pengembangan sistem yang pertama dikelolah oleh manajer unit TI, dengan di
bantu oleh manajer dari analisis sistem, pemograman, dan operasi. Melaluai
percobaan, tanggung jawab manajemen secara bertahap telah mencapai tingkat manajemen
yang lebih tinggi yaitu tingkat strategis dalam kebanyakan kasus.
Ketika sistem
memiliki nilai strategis atau pengaruhnya meliputi keseluruhan organisasi,
direktur utama atau komite eksekutif perusahaan dapat memutuskan untuk
mengawasi sendiri proyek pengembangan tersebut. Banyak perusahaan dapat
membentuk satu komite khusus di bawah tingkat komite eksekutif yang menerima
tanggung jawab untuk mengawasi seluruh proyek system. Tujuan dibentuknya sebuah
komite adalah untuk memberikan panduan, arah, dan kendali secara terus menerus,
maka ia disebut sebagai steering committee (komite pengarah)
1.
Steering Committee SIM
Ketika sebuah
perusahaan membentuk satu steering committee dengan tujuan untuk
mengarahkan penggunaan sumber daya komputasi perusahaan, maka nama steering
committee SIM akan digunakan.
Steering
committee SIM adalah bukti yang paling nyata bahwa perusahaan
memang berniat untuk menjadikan sumber daya infomasi tersedia bagi seluruh
pengguna yang benar benar membutuhkannya.
Steering
committee SIM menjalankan tiga fungsi utama:
· Menciptakan kebijakan yang memastikan dukungan computer
untuk mencapai sasaran strategis perusahaan
· Melakukan pengendalian fiscal dengan bertindak sebagai yang
berwenang dalam memberikan persetujuan untuk seluruh permintaan akan pendanaan
yang berhubungan dengan computer.
·
Menyelesaikan perselisihan yang terjadi sehubungan dengan
prioritas penggunaan computer.
jadi secara
tidak langsung tugas steering committee SIM adalah melaksanakan seluruh
strategi yang dibuat oleh komite eksekutif maupun rencana strategis untuk
sumber daya informasi.
2.
Kepemimpinan Proyek
Aktifitas tim
akan di arahkan oleh seorang ketua tim atau pimpinan proyek yang memberikan
arahan di sepanjang masa proyek. Berbeda dari steering committee SIM,
tim proyek tidaklah bersifat terus menerus; biasanya akan di bubarkan ketika
implementasi telah selesai di laksanakan.
3.
Mekanisme Manajemen Proyek
Dasar dari
manajemen proyek adalah rencana proyek, yang dibuat selama tahap investigasi
awal ketika metedologi pengembangan berfase diikuti. Setelah tujuan-tujuan
proyek, kendala, dan ruang lingkupnya telah selesai didefinisikan , kita akan
dapat mendefinisikan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan. Rencana ini
pertama tama dirancang dalam bentuk umu dan selanjutnya dibuat menjadi lebih
spesifik. Satu format yang popular untuk rencana terinci adalah grafik gantt,
yang mengidetnifikasi pekerjaan-pekerjaan, siapa yang akan melaksanakan dan
kapan akan dilaksanakan .
Dengan cara
ini, komite akan dapat tetap terus mengikuti perkembangan untuk memastikan
bahwa proyek akan dapat diselesaikan dengan sukses, dan berada dalam batasan
waktu dan anggaran.
4.
Dukungan Web bagi Manajemen Proyek
Selain system
manajemen proyek babasis peranti lunak seperti Microsoft project, dukungan juga
dapat diperoleh dari internet. Sebagai contoh, Logic Software.
J. Mengistimasi Biaya Proyek
Mengistimasikan
waktu dan uang yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah system telah lama
menjadi satu tugas menantang. Akan tetapi, lambat laun telah diciptakan banyak
metode yang dapat digunakan untuk mengistimasi biaya dan jadwal proyek. Semua
metode ini kurang lebih mengandalkan pada tiga komponen:
1.
Informasi mengenai system tertentu yang sedang di buat dan orang yang akan
melakukan pengembangan.
2.
Pengalaman historis
3.
Pengetahuan mengenai proses pengembangan peranti lunak dan alat-alat serta
teknik estimasi
Proses
pengistimasi proyek terdiri atas sekumpulan input, alat-alat dan teknik, serta
output.
1.
Input Pengestimasian Biaya
Kebutuhan
sumber daya (resource requirement) mencantumkan sumber daya tertentu
yang akan dibutuhkan dan berapa jumlahnya. Tarif sumber daya (resource rates)
adalah biaya per unit untuk setiap jenis sumber daya. Estimasi durasi aktivitas
(activity duration estimates) menyebutkan periode pekerjaan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas.
2.
Alat-Alat Dan Teknik Estimasi Biaya
Estimasi
analogi (analogous estimating) menggunakan biaya actual proyek-proyek
serupa yang telah dilakukan di masa lalu sebagai dasar untuk memproyeksikan
biaya dari proyek yang sedang dipertimbangkan. Estimasi dari bawah ke atas (botton-up
estimating) dimulai dengan detail, seperti aktivitas dalam grafik gant.
Semakin banyak detail awal, maka semakin akurat hasil yang diperkirakan.
Alat-alat
terkomputerisasi (computerized tools) dapat digunakan secara terpisah
atau untuk menyerdehanakan alat-alat yang baru saja diuraikan. Model-model
matematis (mathematical models) dapat digunakan untuk menguantifikasi
karakteristik proyek dan membuat simulasi dari berbagai macam scenario.
3.
Output Pengistimasian Biaya
Estimasi biaya
dibuat untuk seluruh sumber daya yang dibebankan ke proyek dan
biasanyadinyatakan dalam unit-unit keuangan yang berlaku, Dolar atau Euro.
Detail-detail pendukung mendokumentasikan bagaimana estimasi tersebut dihitung
dan setiap asumsi yang diambil. Rencana manajemen biaya (cost management
plan) menjelaskan bagaimana varians biaya akan dikelola.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika
diterapkan pada masalah pengembangan sistem, pendekatan sistem ini disebut
siklus hidup pengembangan sistem (system development lifa cycle -SDLC).
Pendekatan SDLC tradisional terdiri atas lima tahap yang terjadi satu demi
satu. Prototyping adalah penyempurnaan dari pendekatan tradisional.
Satu pendekatan
SDLC yang saat ini sangat populer adalah pengembangan berfase ( phase
development). Pendekatan ini didasarkan atas pemikiran bahwa suatu proyek akan
dibagi menjadi modul-modul, dan analisis, perancang, dan pekerjaan-pekerjaan
konstruksi awal yang ditujukan untuk setiap modul. Pengembangan sistem saat
tinggi biayanya dilihat dari sudut uang maupun waktu. Sebagai akibatnya, proses
ini hendaknya dikelola dengan baik.
B. SARAN
Demikianlah
makalah ini penulis buat, semoga apa yang disajikan memberi ilmu dan informasi.
Selanjutnya kesempurnaan makalah ini penulis mohon saran dan kritik guna memperbaiki
kesalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSAKA
Mcloed raymond
dan george . 2008. Sistem informasi manajemen ,10th ed. Jakarta:
salemba empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar