BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Sumber
daya manusia merupakan salah satu sumber keunggulan kompetitif dan elemen kunci
yang penting untuk meraih kesuksesan dalam bersaing untuk mencapai tujuan.Oleh
karena itu, pengelolaan sumber daya manusia bagi organisasi hal yang penting
bagi pelayanan kepada masyarakat.
Sumber
daya manusia adalah bagian dari manajemen.Yang merupakan unsur manajemen yang
di dalamnya terdapat tenaga kerja pada perusahaan. Manusia selalu aktif
dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana,
pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud
tanpa peran aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu
canggihnya.Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi
perusahaan.Jika peran aktif karyawan tidak diikut sertakan.Mengatur karyawan
adalah sulit dan kompleks, karena mereka mempuyai pikiran, perasaan, status,
keinginan, dan latar belakang yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi.
Karyawan tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin,
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
Manajemen Kinerja dan Penilaian Kinerja Karyawan?
2. Apa Keguanaan
dan manfaat Penilaian kinerja Karyawaan?
3. Apa
Syarat-syarat penilaian dan Persiapan dalam melakukan Penilaian Kinerja?
4. Apa saja
unsur-unsur yang harus dinilai?
5. Bagaimana
proses Penilaian Kinerja?
6. Apa saja
metode-metode dalam penilaian kinerja?
7. Apa Masalah-masalah dalam Penilaian Kinerja dan bagaimana Karakteristik Sistem
Penilaian Kinerja Yang Efektif?
3 .Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian manajemen kinerja dan Penilaian Kinerja Karyawan.
2. Untuk
mengetahui kegunaan dan manfaat penilaian kinerja karyawan.
3. Untuk
mengetahui penilaian dan Persiapan Melakukan Penilaian Kinerja.
4. Untuk
mengetahui unsur-unsur dalam penilaian kinerja.
5. Untuk
mengetahui proses Penilaian Kinerja.
6. Untuk
mengetahui metode-metode dalam penilaian kinerja.
7. Untuk
mengetahui masalah dalam Penilaian Kinerja dan bagaimana
Karakteristik Sistem Penilaian Kinerja Yang Efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian
1. Manajemen Kinerja
Konsep
manajemen kinerja (performance management) perlu sedikit dijelaskan di
depan karena penilaian kinerja (performance appraisal)adalah salah satu
unsur penting dalam manajemen kinerja.
Sistem
manajemen kinerja adalah proses formal yang terstruktur untuk mengukur,
mengevaluasi, dan mempengaruhi sikap, perilaku, dan hasil kinerja para karyawan
yang terkait dengan jabatan/pekerjaan mereka. (Schuler & Jackson 2006)
Sistem
manajemen kinerja membantu mengarahkan dan memotivasi para karyawan untuk
memaksimalkan usaha mereka dalam mencapai tujuanorganisasi. (Schuler &
Jackson 2006)
Manajemen
kinerja adalah proses berorientasi tujuan yang diarahkan untuk memastikan bahwa
proses-proses organisasi ada pada tempatnya guna memaksimalkan produktivitas
para karyawan, tim, dan akhirnya organisasi itu sendiri. (Mondy 2008)
Ada dua komponen manajemen kinerja (Schuler
& Jackson 2006), yaitu:
} Pengukuran dan
umpan balik kinerja
} Komponen
imbalan dari kompensasi total
2.Pengertian Penilaian Kinerja Karyawan
Menurut beberapa tokoh, penilaian kinerja dapat
didefinisikan sebagai berikut :
v Menurut Mondy & Noe(2005) penilaian kinerja adalah tinjauan
formal dan evaluasi kinerja
individu atau tugas tim.
v Sedangkan menurut Dessler(2003) penilaian kinerja
adalah mengevaluasi kinerja relatif karyawan saat ini
atau di masa lalu terhadap standar
prestasinya.
v Menurut Andrew
F. Sikula Penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap
pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.
Penilaian
kinerja adalah proses yang dilakukan organisasi untuk mengevaluasi hasil kerja
para karyawannya. (Werther & Davis 1996)
v Penilaian
kinerja melibatkan evaluasi kinerja yang didasarkan pada penilaian dan pendapat
dari para bawahan, rekan kerja, atasan, manajer lainnya, dan bahkan karyawan
itu sendiri. (Schuler & Jackson 2006)
v Penilaian
kinerja adalah proses formal untuk mengevaluasi kinerja dan memberi umpan
balik. (Schermerhorn 1996)
v Menurut Dale
Yoderk Penilaian prestasi kerja adalah prosedur yang formal dilakukan di
dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan secara kepentingan
bagi pegawai.
Dengan
penilaian prestasi berarti para bawahan mendapat perhatian dari atasannya
sehingga mendorong mereka bergairah bekerja, asalkan proses penilainnya jujur
dan objektif serta ada tindak lanjutnya. Tindak lanjut penilaian ini
memungkinkan karyawan dipromosikan, didemosikan, dikembangkan, dan ata balas
jasanya di naikkan. Istilah yang sama artinya dengan penilaian adalah konduite,
employee rating, performance appraisal, employee evaluation, personnel review,
sering rating, dan behavioral assessment.
Jadi
Penilaian kinerjaadalah kegiatan
menajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan
kebijakan selanjutnya. Penilaian
perilaku meliputi penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerja sama,
loyalitas, dedikasi, dan partisipasi karyawan. Menilai perilaku ini sulit karena
tidak ada standar fisiknya, sedangkan untuk penilaian hasil kerja relatif lebih
mudah karena ada stndar fisik yang dapat dipakai sebagai tolak ukurnya, seperti
meter, liter, dan kilogram.
Penilaian
kinerja juga dapat didefinisikan penilaian rasio hasil kerja nyata dengan
standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menetapkan
kebijakasanaan berarti apakah karyawan akan dipromosikan, dan atau balas
jasanya dinaikkan.
2 .Kegunaan dan
Manfaat Penilaian kinerja Karyawaan
v Menurut Mondy & Noe(2005), kegunaan dari penilaian
kinerja, adalah:
1. Perencanaan
Sumber Daya Manusia
2. Rekrutmen
dan Seleksi
3. Pelatihan
dan Pengembangan
4. Perencanaan
dan Pengembangan Karir
5. Program
Kompensasi
6. Hubungan
Karyawan Internal
7. Penilaian
Potensi Tenaga Kerja
v Manfaat
Penilaian Kinerja (Werther & Davis 1996)
1. Perbaikan
kinerja
2. Penyesuaian
kompensasi
3. Penempatan
karyawan
4. Kebutuhan
pelatihan dan pengembangan
5. Perencanaan dan
pengembangan karir
6. Mendeteksi
kelemahan proses staffing
7. Mendeteksi
ketidaktepatan informasi
8. Mendeteksi
kesalahan desain jabatan
9. Menjamin
kesempatan kerja yang setara
10.Mendeteksi faktor eksternal yang mempengaruhi
kinerja
11. Memberikan
umpan balik bagi departemen SDM
Penilaian
kinerja karyawan dalam suatu perusahaan
mempunyai tujuan dan manfaat yang sangat berpengaruh pada perusahaan,
diantaranya adalah sebagai berikut:
v Sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan yang digunakan uuntuk promosi, demosi,
perberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa
v untuk mengukur
prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam pekerjaannya.
v Sebagai dasar
untuk mengevaluasi efektiitas seluruh kegiatn di dalam perusahaan.
v Sebagai dasar untuk
mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja.
v Sebagai
indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawaan.
v Sebagai alat
untuk mendorong atau membiasakan para atasan untuk mengobervasikan perilaku
bawahan supaya diketahui minat dan kebutuhan bawahannya.
v Sebagai
kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
v Sebagai alat
untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawaan
Jadi
dengan penilaian tersebut prestasi kerja karyawan dapat diketaui, dimana pada
setiap karyawan mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda.Bagi mereka
yang memilii prestasi keja yang tinggi, memungkinkan dirinya untuk diberikan
promosi.Sebaliknya, karyawan yang prestasinnya rendah prestasi kerjanya dapat
diperbaiki dengan memindahkan ke jabatan yang sesuai dengan kecakapannya
ataupun melalui pendidikan dan latihan dalam rangka pengembangan karyawan.
Secara
umum penilaian kinerja karyawan berdampak positif bagi banyak pihak, berikut
ini pihak-pihak yang akan merasakan dampak positif dari sebuah proses penilaian
kinerja karyawan:
a.Pihak
karyawan
Adanya
proses penilaian kinerja karyawan akan memberikan dampak positif bagi para
karyawan diantaranya adalah munculnya motivasi kerja yang lebih baik, adanya
kejelasan dari standar kerja yang sudah dilakukan, umpan balik terhadap kinerja
yang sudah lalu, pengembangan diri, peluang untuk mendiskusikan berbagai
permasalahan selama menjalankan kerja, peluang berkomunikasi dengan pihak
atasan dan sebagainya. Hal-hal positif tersebut akan dirasakan oleh pihak
karyawan melalui adanya proses penilaian kinerja karyawan.
b.Pihak
penilai
Ada
banyak hal positif yang akan didapatkan oleh pihak penilai melalui adanya upaya
penilaian kinerja karyawan. Beberapa diantaranya adalah pihak perusahaan dapat
mengetahui dan menilai kecenderungan kinerja masing-masing karyawan, upaya
peningkatan kepuasan kinerja yang diinginkan oleh pihak perusahaan, upaya untuk
memahami karyawan secara lebih dekat, meningkatkan efektifitas sumber daya
manusia sebuah perusahaan, kesempatan bagi pihak atasan untuk menjelaskan
kepada para karyawan apa sebenarnya yang menjadi keinginan pihak perusahaan.
Ada banyak dampak positif lainnya yang akan diperoleh oleh pihak karyawan maupun pihak perusahaan terhadap adanya proses penilaian kinerja karyawan. Upaya penilaian kinerja karyawan sebaiknya jangan ditakuti sebagai momen pemecatan terhadap karyawan, demikian juga pihak perusahaan hendaknya tidak terburu-buru membuat kebijakan yang menyakitkan bagi karyawan.
Ada banyak dampak positif lainnya yang akan diperoleh oleh pihak karyawan maupun pihak perusahaan terhadap adanya proses penilaian kinerja karyawan. Upaya penilaian kinerja karyawan sebaiknya jangan ditakuti sebagai momen pemecatan terhadap karyawan, demikian juga pihak perusahaan hendaknya tidak terburu-buru membuat kebijakan yang menyakitkan bagi karyawan.
3.Syarat-syarat
penilaian dan Persiapan Melakukan Penilaian Kinerja
Syarat penilaian kinerja sebagai berikut :
Suatu
sistem penilaian kinerja harus mampu menggambarkan secara akurat kinerja yang
tipikal dari seorang karyawan. Untuk itu sistem penilaian kinerja harus:
◦ Job-related: Mengevaluasi
berbagai perilaku kritikal yang dapat menghasilkan kinerja yang sukses.
◦ Praktis: Dapat dipahami
dengan mudah oleh para evaluator dan karyawan.
◦ Terstandarisasi:
Memungkinkan
terwujudnya praktik penilaian kinerja yang seragam.
Dalam
persoalan siapa yang akan melakukan penilaian karyawan secara umum di kenal
penilain informal dan penilaian formal.
Ø
Penilaian
informal
Penilaian
informal adalah penilai melakukan penilaian mengenai kualitas kerja dan
pelayanan yang diberikan oleh masing-masing karyawan baik atau buruk.Penilaian
ini adalah masyarakat, konsumen, dan rekan.
Ø
Penilaian
formal
Penilaian
formal adalah seseoran atau komite yang mempunyai wewenang formal menilai
bawahannya di dalam maupun di luar pekerjaan dan berhak menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya terhada setiap individu karyawan, ‘Persiapan
Melakukan Penilaian Kinerja Berbasis Kompetensi
Ketika sebuah organisasi mulai bekerja dengan sistem manajemen kinerja baru atau menggunakan formulir penilaian kinerja yang baru atau mengevaluasi dan memperbarui kompetensi mereka, maka seorang manajer yang cerdas akan meluangkan waktu bersama karyawannya untuk mencari tahu bagaimana membuat sistem yang baru itu berhasil.
Ketika sebuah organisasi mulai bekerja dengan sistem manajemen kinerja baru atau menggunakan formulir penilaian kinerja yang baru atau mengevaluasi dan memperbarui kompetensi mereka, maka seorang manajer yang cerdas akan meluangkan waktu bersama karyawannya untuk mencari tahu bagaimana membuat sistem yang baru itu berhasil.
Ada
beberapa prinsip yang harus diikuti agar penilaian kinerja berhasil
dilaksanakan diantaranya :
· Jangan serang
orangnya tapi serang masalahnya
· Rencanakan
sebelumnya pertemuan anda dengan karyawan
· Buat catatan
mengenai kinerja karyawan sepanjang periode penilaian
· Mintalah umpan
balik dari karyawan dan dengarkan mereka
1.
Standar Kinerja
Standar kinerja
(performance standards) adalah tolok ukur (benchmark) yang digunakan
untuk mengukur kinerja.Agar efektif, standar tersebut harus terkait dengan
hasil yang diharapkan dari suatu jabatan.Standar-standar kinerja yang terkait
dengan suatu jabatan (job-related) bisa diperoleh melalui proses
analisis jabatan.
v
Prinsip
SMART dalam penetapan standar kinerja:
◦ Specific: Jelas dan rinci
◦ Measurable: Dapat diukur
◦ Achievable: Dapat dicapai
(berdasarkan kesepakatan antara karyawan dengan atasannya).
◦ Result
oriented: Berorientasi
pada hasil
◦ Time framed: Jelas jangka
waktu pencapaiannya.
Ukuran
kinerja (performance measures) adalah nilai atau peringkat yang
digunakan untuk mengevaluasi kinerja.
Ukuran
kinerja harus mudah digunakan, dapat diandalkan (reliable), dan mampu
melaporkan perilaku-perilaku kritikal yang menentukan kinerja.
4.Unsur-unsur yang dinilai
Ø Unsur yang
dinilai
a. Kesetiaan
Penilaian
mengukur kesetian karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan organisasi.
b. Prestasi kerja
Penilai
menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuntitas yang dapat dihasilkan
karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.
c. Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain
d. Kedisiplinan
Penilai menilai disiplin karyawan dalam memaruhi peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
Penilai menilai disiplin karyawan dalam memaruhi peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.
e. Kreativitas
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kretivitasnya untuk menyelesaikan pekerjaanya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kretivitasnya untuk menyelesaikan pekerjaanya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna
f. Kerja sama
Penilai
menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan
lainnya secara vertical atau horizontal di dalam maupun diluar pekerjaan sehingga
hasil pekerjaan akan semakin baik.
g. Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain
h. Kepribadian
Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai memberi kesan menyenangkan
Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai memberi kesan menyenangkan
i. Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berfikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan
Penilai menilai kemampuan berfikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan
j. Kecakapan
Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan dan did lam situasi manajemen
Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan dan did lam situasi manajemen
k. Tanggung jawab
Penilai
menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya,
pekerjaan, dan hasil kejanya.
5 .Proses
Penilaian Kinerja (Mondy 2008)
Langkah-langkah
dalam menilai kinerja seorang karyawan adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
tujuan-tujuan spesifik penilaian kinerja
2. Menyusun
kriteria -kriteria kinerja dan mengkomunikasikannya kepada para karyawan
3. Memeriksa
pelaksanaan pekerjaan
4. Menilai kinerja
5. Mendiskusikan
hasil penilaian bersama karyawan
6.
Metode
dalam penilaian kerja
Menurut Mondy & Noe(2005), ada tujuh metode penilaian kinerja yaitu:
1.
Metode
penilaian umpan balik 360-derajat:
· Meliputi
masukan evaluasi dari banyak level dalam perusahaan sebagaimana pula dari
sumber-sumber eksternal.
· Dalam metode
ini, orang-orang di sekitar karyawan yang dinilai bisa memberikan nilai,
termasuk manajer senior, karyawan itu sendiri, atasan, bawahan, anggota tim,
dan pelanggan internal atau eksternal.
2.
Rating
Scales
Menilai
kinerja pegawai dengan menggunakan skala untuk mengukur faktor-faktor kinerja (performance
factor).Misalnya dalam mengukur tingkat inisiatif dan tanggung jawab
pegawai.Skala yang digunakan adalah 1 sampai 5, yaitu 1 adalah yang terburuk
dan 5 adalah yang terbaik. Jika tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai
tersebut biasa saja, maka ia diberi nilai 3 atau 4 dan begitu seterusnya untuk
menilai faktor-faktor kinerja lainnya.
3 Critical
Incidents
Evaluator mencatat mengenai apa saja perilaku/pencapaian terbaik dan
terburuk (extremely good or bad behaviour) pegawai. Dalam metode ini,
penilai harus menyimpan catatan tertulis tentang tindakan-tindakan atau prilaku
kerja yang sangat positif (high favorable) dan perilaku kerja yang
sangat negatif (high unfavorable) selama periode penilaian.
4 Essay
Evaluator menulis deskripsi mengenai kekuatan dan kelemahan karyawan,
kinerjanya pada masa lalu, potensinya dan memberikan saran-saran untuk
pengembangan pekerja tersebut. Metode ini cenderung lebih memusatkan perhatian
pada perilaku ekstrim dalam tugas-tugas karyawan daripada pekerjaan atau
kinerja rutin yang mereka lakukan dari hari ke hari. Penilaian seperti ini sangat tergantung kepada kemampuan menulis seorang
penilai.
5 Work
standard
Metode ini membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya atau dengan tingkat keluaran yang diharapkan. Standar
mencerminkan keluaran normal dari seorang pekerja yang berprestasi rata-rata,
yang bekerja pada kecepatan atau kondisi normal. Agar standar ini dianggap
objektif, para pekerja harus memahami secara jelas bagaimana standar yang
ditetapkan.
6 Ranking
Penilai menempatkan seluruh pekerja dalam satu kelompok sesuai dengan
peringkat yang disusun berdasarkan kinerja secara keseluruhan. Contohnya,
pekerja terbaik dalam satu bagian diberi peringkat paling tinggi dan pekerja
yang paling buruk prestasinya diletakkan di peringkat paling bawah. Kesulitan
terjadi bila pekerja menunjukkan prestasi yang hampir sama atau sebanding.
7 Forced
distribution
Penilai harus “memasukkan”
individu dari kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori yang serupa dengan
sebuah distribusi frekuensi normal. Contoh para pekerja yang termasuk ke dalam
10 persen terbaik ditempatkan ke dalam kategori tertinggi, 20 persen terbaik
sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, 40 persen berikutnya ke dalam kategori
menengah, 20 persen sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, dan 10 persen
sisanya ke dalam kategori terendah. Bila sebuah departemen memiliki pekerja
yang semuanya berprestasi istimewa, atasan “dipaksa” untuk memutuskan siapa
yang harus dimasukan ke dalam kategori yang lebih rendah.
8 Behaviourally
Anchored Rating Scales (BARS)
Evaluator menilai pegawai
berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang mencerminkan dimensi kinerja dan
membuat skalanya. Misalnya penilaian pelayanan pelanggan. Bila pegawai bagian
pelayanan pelanggan tidak menerima tip dari pelanggan, ia diberi skala 4 yang
berarti kinerja lumayan. Bila pegawai itu membantu pelanggan yang kesulitan
atau kebingungan, ia diberi skala 7 yang berarti kinerjanya memuaskan, dan
seterusnya. Metode ini mendeskripsikan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
tingkat kinerja yang diharapkan.
9. Sistem berbasis-hasil (Results-based
system):
◦ Di masa lalu
merupakan suatu bentuk manajemen berdasarkan tujuan (management by
objectives).
◦ Manajer dan
bawahan secara bersama-sama menyepakati tujuan-tujuan untuk periode penilaian
berikutnya.
◦ Dalam sistem
tersebut, salah satu tujuannya misalkan saja adalah mengurangi limbah sebesar
10 persen.Pada akhir periode penilaian, sebuah evaluasi berfokus pada seberapa
baik karyawan mencapai tujuan tersebut.
7.Masalah-masalah dalam
Penilaian Kinerja
Menurut Mondy & Noe(2005) masalah yang berkaitan dengan penilaian kinerja adalah:
1.
Kurangnya objektivitas
Salah satu kelemahan metode penilain kinerja tradisional adalah
kurangnya objektivitas.Dalam metode rating scale, misalnya,
faktor-faktor yang lazim digunakan seperti sikap, loyalitas dan kepribadian
adalah faktor-faktor yang sulit diukur.Penggunaan faktor-faktor yang terkait
dengan pekerjaan (job related factors) dapat meningkatkan objektivitas.
Bias
“Hallo error” terjadi bila penilai mempersepsikan satu faktor sebagai kriteria
yang paling penting dan memberikan penilaian umum baik atau buruk berdasarkan
faktor tunggal ini.
3. Terlalu “longggar” / terlalu “ketat”
Penilai terlalu “longggar” (leniency) kecenderungan memberi
nilai tinggi kepada yang tidak berhak, penilai memberi nilai lebih tinggi dari
seharusnya.
Penilai
terlalu “ketat” (strictness) terlalu kritis atas kinerja seorang pekerja
(terlalu “ketat” dalam memberikan nilai).Penilaian yang terlalu ketat biasanya
terjadi bila manajer tidak mempunyai definisi atau batasan yang akurat tentang
berbagai faktor penilaian.
4. Kecenderungan memberikan nilai tengah
Kecenderungan memberi nilai tengah (Central tendency),
terjadi bila pekerja di beri nilai rata-rata secara tidak tepat atau di
tengah-tengah skala penilaian, Biasanya, penilai memberi nilai tengah karena
ingin menghindari kontroversi atau kritik.
5. Bias perilaku terbaru
Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) , perilaku
atau kinerja yang paling akhir akan lebih mudah diingat daripada perilaku yang
telah lama. Penilai cenderung lebih banyak menilai kinerja yang tampak
menjelang atau pada saat proses penilaian dilakukan. Seharusnya penilaian
kinerja mencakup periode waktu tertentu.
6. Bias pribadi(stereotype)
Penyelia yang melakukan penilaian bisa saja memiliki bias yang
berkaiatan dengan karakteristik pribadi pekerja seperti suku, agama, gender
atau usia. Meskipun ada peraturan atau undang-undang yang melindugi pekerja,
diskriminasi tetap menjadi masalah dalam penilain kinerja.
8.Karakteristik Sistem
Penilaian Kinerja Yang Efektif
Menurut Mondy &Noe(2005), karakteristik
sistem penilaian yang efektif, adalah:
1.Kriteria
yang terkait dengan pekerjaan
Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja
karyawan harus berkaitan dengan pekerjaan / valid.
2.Ekspektasi
Kinerja
Sebelum periode penilaian, para manajer harus
menjelaskan secara gamblang tentang kinerja yang diharapkan kepada pekerja.
3. Standardisasi
Pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan
berada di bawah organisasi yang sama harus dinilai dengan menggunakan instrumen
yang sama.
4. Penilaian yang
Cakap
Tanggung jawab untuk menilai kinerja karyawan
hendaknya dibebankan kepada seseorang atau sejumlah orang, yang secara langsung
mengamati paling tidak sampel yang representatif dari kinerja itu.Untuk menjamin konsistensi penilaian, para penilai harus mendapatkan
latihan yang memadai.
5. Komunikasi
Terbuka
Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan
untuk mengetahui tentang seberapa baik kinerja mereka.
6. Akses Karyawan
Terhadap Hasil Penilaian
Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap
hasil penilaian. Kerahasiaan akan menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan akses
terhadap hasil penilaian memberikan kesempatan karyawan untuk mendeteksi setiap
kesalahannya.
7. Proses
Pengajuan Keberatan (due process)
Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan
secara formal atas hasil penilainnya, penetapan due process merupakan
langkah penting.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Penilaian kinerja adalah
kegiatan menajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta
menetapkan kebijakan selanjutnya.
Penilaian
perilaku meliputi penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerja sama,
loyalitas, dedikasi, dan partisipasi karyawan. Menilai perilaku ini sulit
karena tidak ada standar fisiknya, sedangkan untuk penilaian hasil kerja
relatif lebih mudah karena ada stndar fisik yang dapat dipakai sebagai tolak
ukurnya, seperti meter, liter, dan kilogram.penting dari suatu sistem penilaian
kerja adalah memiliki standar yang jelas. Sasaran utama dari adanya standar
tersebit ialah teridentifikasinya unsur-unsur krital suatu pekerjaaan.Standar
itulah yang merupakan tolak ukur seseorang melakukan pekerjaannya.
Daftar Pustaka
Dessler Gerry,1998.Manajemen
Sumber Daya Manusia jilid 2.Jakarta:PT Prenhall Lindo.
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga.
Schermerhorn, J.R., 1996, Management, 5th
Ed., New York: John Wiley & Sons, Inc.
Schuler, R.S. & Jackson, S.E., 2006, Human
Resource Management, International Perspective, Mason: Thomson South-Western.
Werther, W.B. & Davis, K., 1996, Human
Resources and Personnel Management, 5th Ed., Boston: McGraw-Hill.
Kawima Dewi Prihatini,2013.Handout power
point penilaian kinerja.Jember
Titanium Tent stakes & game - Casino, Games
BalasHapusTote omega seamaster titanium Tote T-Tot PGA (Tote T-T) black oxide vs titanium drill bits · black titanium fallout 76 Atello nano titanium by babyliss pro Tote T-T · Tote T-T · Tote T-T · Tote T-T titanium belt buckle · Tote T-T · Tote T-T · Tote T-T · Tote T-T · Tote T-T · Tote T-T · Tote T-T · Tote T-T.